Cara Penyampaian Kabar Duka Kepada Anak

Pada usia yang lebih muda terlebih lagi anak-anak, mereka belum mengerti dan paham apa arti “kematian” “meninggal” “mati”. Bagi anak-anak kehilangan seseorang dapat terasa sangat membingungkan. Melansir dari Unicef, secara signifikan kehilangan dan kesedihan dari kematian dapat mempengaruhi psikologis anak. Kehilangan biasanya dikaitkan pada suatu yang dapat datang kembali sedangkan kesedihan dapat menjadi suatu yang lebih permanen, contohnya yaitu seperti perceraian atau kematian orang tersayang. Anak yang berusia di bawah 5 tahun biasanya masih belum mengerti bahwa kesedihan akibat kematian bersifat permanen. 

 

Untuk itu, para orang tua perlu memahami cara menyampaikan berita duka kepada anak dengan baik agar dapat dimengerti serta dipahami oleh anak. Hampir semua orang tua merasa bingung kapan dan seperti apa penyampaian berita duka pada anak, karena topik ini merupakan topik yang menyedihkan dan tidak mudah untuk diterima. Dilansir dari Psychology Today, terdapat daftar dari psikolog dan psikoanalis Deborah Serani, Psy.D.,  tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam menyampaikan kabar duka pada anak, yaitu:

  1. Segera mengatakan dengan jujur apa yang sebenarnya terjadi. Fakta tersebut bertujuan agar anak tahu mengapa mama menangis. Wajar sebagai orang tua ingin melindungi anaknya, tetapi paling baik adalah dengan berkata jujur. Orang tua yang terbuka dapat membuat anak lebih mengerti cara menghadapi berita tentang kematian yang baru saja didengar.
  2. Siap terhadap berbagai respons anak. Apapun reaksi anak cobalah untuk menerimanya. Karena perlu disadari bahwa topik ini dapat membuat anak menjadi sedih ataupun bisa juga marah. Setiap anak bisa saja memiliki respons yang berbeda-beda.
  3. Gunakan istilah “wafat” atau “meninggal”. Banyak orang tua yang berpikir bahwa penggunaan istilah “wafat”, “meninggal”, atau “mati” merupakan kata yang tabu untuk diucapkan. Untuk itu, banyak dari orang tua lebih sering menggunakan kata pengganti lain seperti “pergi”, “berpulang”, atau “tidur” untuk menggantikan kata yang sebenarnya agar tidak terkesan kasar. Tetapi, penggunaan kata yang sebenarnya, sejatinya dapat membantu anak lebih mudah menerima proses rasa duka yang ia rasakan.
  4. Jika tidak tahu, lebih baik katakan tidak tahu, jangan mengarang. Anak memang miliki pikiran otak yang lebih kritis. Saat anak bingung mengapa orang yang dicintainya meninggal secepat itu, bisa saja anak langsung melontarkan pertanyaan yang ada di benaknya. Jika Anda tidak mengetahui jawabannya, lebih berkata tidak tahu daripada mengarang cerita yang hanya untuk mencoba melindungi tetapi malah membohongi.
  5. Biarkan ia berduka dengan caranya sendiri. Ada anak yang tidak ingin diajak berbicara ataupun ada juga anak yang ingin selalu ditemani, hal ini merupakan respons yang bisa saja  muncul dari dalam diri anak tersebut setelah ia mendengar kabar duka. Kita sebagai orang tua harus paham apa yang dibutuhkan oleh anak kita dan biarkan mereka menanggapi rasa sedihnya dengan cara mereka sendiri.  

 

-MGK

BAGIKAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *