Passiliran, Tradisi Pemakaman Bayi di Pohon Tarra Asal Toraja

pohon tarra kuburan bayi tradisi pemakaman passiliran

Seperti yang kita ketahui, tradisi pemakaman yang ada di Indonesia begitu banyak macamnya. Pemakaman di Indonesia tidak hanya dilakukan dengan cara memasukkan jenazah ke dalam peti. Tetapi, ada juga pemakaman dengan cara memasukkan bayi ke dalam batang pohon tarra, seperti tradisi Toraja ini. Mengapa masyarakat Toraja mempercayai tradisi tersebut?

Mari kita simak informasinya di bawah ini!

Berbeda dengan tempat pemakaman Toraja lainnya seperti di gua, liang batu, tebing, hingga kuburan berbentuk rumah atau patanate. Ritual pemakaman bayi Passiliran justru menggunakan pohon besar sebagai medianya.

Melansir dari laman resmi Indonesia Kaya, tradisi pemakaman Passiliran dilakukan dengan cara memasukkan jenazah bayi ke dalam batang pohon tarra. Pemakaman unik ini berlokasi di Desa Kambira, Kecamatan Sangalia, Tana Toraja. Di desa tersebut banyak sekali pohon tarra tumbuh dan digunakan sebagai tempat untuk memakamkan bayi-bayi yang meninggal. Perlu diketahui, bayi yang dimakamkan dengan menggunakan tradisi Passiliran hanya bayi yang meninggal dunia ketika belum tumbuh gigi.

Makna Tradisi Pemakaman Passiliran

Makna dalam yang terkandung pada tradisi Passiliran, bayi yang belum memiliki gigi dianggap masih suci. Makna dari menguburkan bayi pada pohon tarra bagi orang Kambira artinya mengembalikan bayi tersebut ke dalam rahim ibunya. Selain itu maknanya terdapat harapan bahwa dengan mengembalikan bayi ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang lahir setelahnya.

Cara Pemakaman Passiliran

Pemakaman ini caranya adalah dengan meletakkan jenazah bayi dalam posisi berdiri, hal ini dianggap bayi akan tumbuh ke dalam pohon. Kenapa pohon tarra dipilih sebagai pohon untuk melakukan ritual pemakaman passiliran? Pohon tarra dipilih sebagai kuburan bayi dikarenakan pohon ini memiliki banyak getah, getah disimbolkan sebagai pengganti air susu ibu.

Pohon tarra yang dipilih menjadi kuburan bayi berdiameter 80 hingga 100 centimeter. Batang pohon dilubangi untuk memasukkan jenazah bayi ke dalamnya dengan posisi berdiri. Jenazah bayi tersebut ditempatkan menghadap ke arah tempat tinggal keluarganya yang kehilangan dan sedang berduka. Lalu, lubang tersebut kemudian ditutup dengan ijuk pohon enau.

Demikian informasi mengenai tradisi pemakaman passiliran. Semoga bermanfaat bagi pengetahuan Sobat Elim ya.

Baca juga artikel: Makna Tradisi Ma’nene pada Suku Toraja Terhadap Leluhurnya

BAGIKAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *