Teori 5 fase berduka pertama kali dikemukakan oleh psikiater bernama Elisabeth Kubler-Ross. Merasakan rasa sedih hingga marah karena mengalami kondisi kehilangan seseorang, atau terjadi situasi yang buruk terjadi menimpa kita, seringkali membuat kita merasa tidak sanggup melanjutkan hidup.
Seseorang yang berduka dapat menunjukkan gejala seperti menangis, sulit tidur, sakit kepala, nyeri di seluruh tubuh, nafsu makan hilang, stres, marah, frustasi, menyesal, menjauhkan diri dari lingkungan, hingga perilaku tidak normal. Gejala spiritual juga dapat ditunjukkan dengan menanyakan maksud dan tujuan Tuhan, tujuan hidup, hingga menyalahkan Tuhan atas keadaan yang terjadi.
Melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, setelah seseorang mengalami kejadian yang buruk dan membuat trauma, seseorang bisa melalui 5 fase berduka berikut ini:
- Fase Penolakan (Denial)
Penolakan atau penyangkalan adalah tahapan berduka yang pertama. Pada tahap ini, seseorang akan menyangkal diri, adanya penolakan dalam diri. Seseorang cenderung akan meragukan atau menyangkal bahwa ia sedang mengalami peristiwa buruk. Bisa jadi ia merasakan bahwa hidup tidak masuk akal, atau tidak ada artinya. Seseorang pada tahap ini tidak bisa menerima kondisinya.
Fase ini merupakan respons alami manusia. Hal ini untuk meredam luka batin atau emosional yang sedang ia rasakan. Fase denial ini sedikit mirip dengan kondisi anosognosia, dimana penderita tidak menerima kondisinya atau menolak saat ia memiliki penyakit tertentu.
Menariknya, justru pada fase berduka yang pertama yakni fase penolakan dapat membantu seseorang untuk bertahan dalam melawan rasa sedih dan kehilangan. Secara tidak sadar, penolakan tersebut dapat menurunkan intensitas perasaan sedih yang dialami.
- Fase Marah (Anger)
Fase kedua adalah marah. Tahap ini seseorang akan melampiaskan perasaan marah. Melampiaskan marah merupakan respon yang normal dialami ketika seseorang mengalami duka. Pada fase ini seseorang akan bertanya-tanya ‘kenapa saya?’, ‘hidup tidak adil bagi saya!’. Hal ini juga bisa membuatnya menjadi frustasi, lebih sensitif, tidak sabaran, dan mengalami perubahan mood yang signifikan. Oleh karena itu, sebaiknya jauhkan barang-barang yang membahayakan dari jangkauan orang yang berduka.
- Fase Tawar-menawar (Bargaining)
Fase ketiga orang yang sedang berduka adalah fase tawar-menawar atau bargaining. Fase ini umumnya ditandai dengan munculnya rasa bersalah, baik pada diri sendiri atau orang lain dan sering muncul pertanyaan ‘bagaimana jika’. Mereka akan mencari cara untuk mencegah terjadinya peristiwa buruk yang serupa di kemudian hari. Fase ini merupakan bentuk langkah pertahanan emosional seseorang agar ia dapat mengambil kontrol kembali atas hidupnya.
- Fase Depresi (Depression)
Ketika seseorang mencoba untuk menolak dan ingin mengubah kenyataan pahit yang dialaminya, orang berduka kemudian akan merasa sedih, kecewa, dan putus asa yang sangat dalam. Fase keempat saat seseorang mengalami kedukaan seperti kematian atau peristiwa buruk, fase depresi akan dialami oleh orang tersebut. Seseorang akan mengalami tidak adanya semangat untuk menjalani hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan pendampingan dan sebaiknya menjauhkan seseorang yang sedang mengalami depresi dari benda-benda yang berpotensi membahayakan dirinya maupun orang lain.
- Fase Menerima (Acceptance)
Fase terakhir adalah fase penerimaan. Pada fase ini seseorang akan mulai menyadari realita baru dan mulai siap untuk melanjutkan kehidupannya. Seseorang akan meyakini dirinya sendiri bahwa ia akan baik-baik saja dengan kenyataan hidup ini. ‘Saya akan melawan penyakit ini’, ‘Saya bisa bertahan hidup’, ‘Saya akan baik-baik saja’, ‘Life must go on’. Bahkan mereka akan menjadi pengalaman pahit yang dialaminya sebagai pembelajaran untuk dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dengan kita mengetahui dan memahami 5 fase berduka, kita akan lebih mengenal kondisi diri kita. Apabila jika kita atau orang terdekat kita sedang berkabung atau merasa sulit untuk menerima kenyataan pahit atau mengalami peristiwa buruk dan traumatis, diharapkan kita sebagai pendamping tidak menghakimi, justru menguatkan.
Baca juga artikel:
1 thought on “5 Fase Berduka Ketika Mengalami Kedukaan”